Sahabat, Dulu atau Sekarang
Persahabatan…
Kata-kata yang biasa ku dengar namun apa jadi nya jika yang di sebut sahabat itu adalah seperti ini…
Pernah dengar kata pengkhianatan… memang sakit rasanya namun inilah hidup harus dijalani dunia memang kejam di satu sisi namun ada kalanya kita bahagia di suatu saat.
Seperti halnya kehidupan ini, lebih tepatnya kehidupanku banyak hal yang menjadi pelajaran hidupku didunia ini…
FOREVER WITH YOU…
Mengapa..
Kan slalu ada goncangan ombak
Dalam setiap ikatan..
Sepotong lagu yang membuatku terharu, kini aku ditinggalkan sahabat sahabat terbaiku.
“good bye.. Sintia.. Diana.. Bella kita pasti kan bertemu lagi suatu saat nanti.. PASTI..”
Ucapku pada ketiga sahabatku, sambil menagis.
“Crystal.. Aku yakin kita pasti akan bertemu lagi, jadi kamu jangan bersedih sebagai tanda persahabatan kita ber-4 kalian ku beri kalung hati ini, jangan bersedih lagi!” hibur diana kepadaku…
Malam itu terakhir kali ku melihat sahabat-sahabatku di acara perpisahan SMP.
Waktu terus berganti akhirnya aku masuk SMA..
“hai.. Namamu siapa?” sapa salah satu siswi, namun aku tak menghiraukannya. aku masih duduk di salah satu kursi di kelas sambil memegang kalung pemberian Diana itu. Pelajaran pun dimulai, aku yang duduk membisu itu masih tampak sedih. dia menyapaku lagi..
“namamu siapa? Aku boleh kenalan nggak namaku sintia aurora panggil aja aku tia” ucapnya sambil mengulurkan tangan.
“namaku crystal lilia dandlev, panggil aku crystal” jawabku dingin.
“ngomong-ngomong benda apa yang kamu pegang?” tanya nya. Sontak aku kaget dengan pertanyaan nya.
“oh.. Ini kalung pemberian teman SMP ku, dia itu adalah teman terbaikku. eh.. kamu kok gampang banget sih bergaul sama yang lainnya. Nggak kangen kah sama temen SD-mu?” jawabku penasaran
“kangen sih… Tapi mau gimana lagi kan kita sudah nggak ketemu lagi, dan juga aku nggak perlu bersedih lagi karana aku yakin kita pasti ketemu lagi kok…” jawabnya dengan nada menasehati.
Waktu terus berlalu pelajaran Matematika Al-Jabar akhirnya selesai ditandai dengan bunyi bel sekolah. Aku langsung pergi ke kantin dan memikirkan hal yang tadi dia omongkan, kebetulan aku lagi duduk sendiri sambil melamun.
“hai, gue boleh duduk di meja loe nggak?” tanya anak itu. Tampaknya dia anak dari jakarta logatnya keliatan banget.
“boleh kok, duduk aja” jawabku.
“namamu siapa? Kok sendirian, ku pesan kan makanan ya?” tanyanya.
“namaku crystal lilia dandlev, nggak terima kasih, namamu siapa?” jawab ku mulai terbiasa
“namaku patricia laura belatrix, nanti siang kamu ada acara nggak? kalau nggak ada kerumahku aja kebetulan sepupuku mau datang” tanyanya.
“boleh!!” jawabku yang mulai akrab dengan Laura aku sudah mulai berkhayal jika nanti aku bersahabat dengan laura.
Waktu terus bergulir sebentar lagi waktu yang dijanjikan telah tiba, kita sudah janjian di dekat Halte Bus.
“laura kemana sih? Kok lama banget” tanya ku dalam hati sambil melihat jam tangan ku yang berwarna biru. Memang kali ini aku memakai jaket warna biru dan sepatu flat warna coklat juga topi beat box dan kacamata, juga celana jeans yang hampir semua berwarna biru, untuk mengatasi cuaca yang begitu dingin.
“Sorry, aku telat!!” ucapnya.
“ya, ku maafin miss trendy!!” celoteh ku. Gayanya memang trendi abis, dia pakai sepatu high hils yang tingginya kira-kira 3 cm. Terus stocking juga rok mini diatas lutut dia juga pakai tank top yan ditutupi pakai jaket tak berlengan dan sarung tangan juga topi lebar yang hampir semuanya warna pink.
“Sudah yuk, kita ke rumah ku sebelum itu ku dandani kamu sebelum sepupu ku datang, biar kelihatan perfect” ucapnya. Di perjalanan ternyata dia membawa mobil pribadinya yang berwarna pink.
“Laura, memangnya sepupumu itu perempuan kah?” tanyaku
“Bukan, dia laki-laki seumuran kita” jawabnya sambil tersenyum.
Akhirnya sampai juga dirumah Laura yang super megah. Tak lama aku diajak masuk ke rumahnya yang besar tampak pelayan-pelayan sedang sibuk berlalu-lalang.
“lihat ini!!” perintah laura kepadaku, aku terkagum-kagum dengan isi lemari laura yang sebesar itu. Rak-raknya terisi dengan bermacam pernak pernik super mewah. Dress yang tampak begitu serasi. Dan aku dipersilahkan untuk mencobanya satu persatu. Dan tidak itu saja kamar laura berisi benda-benda yang mewah dan elegan, sehingga orang yang didalamnya merasa tak mau keluar kamar.
Setelah memilih-milih baju yang akan ku kenakan nanti, akhirnya kuputuskan memilih sepatu high heels warna biru 8 cm, stocking warna biru dan rok mini 6 cm di atas lutut bajunya hem tak berlengan warna biru. Untuk aksesorisnya sarung tangan warna selengan berwarna biru dan make up nya kupilih warna natural dan untuk riasan rambut kupilih di urai dengan bando berwarna biru dengan poni yang ku kesampingkan.
Sementara laura memilih sepatu high heels warna pink 3cm, rok mini 6 cm diatas lutut, bajunya baju kaus bergambar angry bird. Untuk aksesorisnya jam tangan warna pink dan make up natural dan riasan rambut diurai dengan pita sebagai hiasannya.
“kita foto dulu, biar nggak ketinggalan moment yang istimewa ini!!” seru laura sambil mengambil kamera dari tasnya yang berwarna pink.
“ayo…” ucapku.
“cheese…!” seru kami berdua.
“tok..tok..tok..” tiba- tiba dari arah pintu terdengar bunyi ketukan.
“laura.. Kamu ada di dalam kah..” ucap suara yang terdengar dari depan pintu.
“masuk..” ucap laura.
Saat anak itu masuk dan melihat crystal, anak itu ter bengong dan di kaget kan oleh suara laura
“hei, bengong bengong aja, gimana kabarmu? Ini kukenalkan temenku namanya crystal!!” ucap laura.
“oh.. Ia baik-baik aja kok” ucap anak itu.
“crystal lilia dandlev panggil aja aku crystal” ucap crystal memperkenalkan diri.
“namaku kelvin bellatrix panggil aja aku kelvin” ucap anak itu yang ternyata bernama kelvin.
“oh.. Iya aku hampir lupa, hari ini sebenarnya aku mau traktir kamu pat*, tapi karna ada crystal jadi kalian berdua boleh ikut makan di restoranku.” ucap kelvin sok akrab.
“jadi kelvin punya rumah makan pat?” ucapku sambil berbisik pada pat.
“ya, dia punya restoran korean food di sekitar sini.” ucap laura/pat.
Akhirnya kami pun berangkat menggunakan mobil sport mewah milik kelvin. Ditengah perjalanan kelvin bertanya padaku sambil berbisik.
“kamu tau nggak makanan ter favorit korea di indonesia” ucap kelvin.
“tau donggg, kim-chi kan!!” jawabku.
Kami berduapun asik sendiri ngobrol di belakang tak terasa sudah waktunya aku pulang namun aku memutuskan untuk menginap di rumah laura beberapa hari. Malamnya kami bertiga menghabiskan waktu untuk barbeque-an dihalaman rumah pat yang cukup luas. Di kamar pat, aku dan pat berbicara tentang sekolah SMP dulu,
“Ehm, ngomong-ngomong kamu sudah punya pacar belum…?” tanyaku pada laura.
“sudah sih tapi sekarang sudah putus, namanya Albert, kamu..?” jawab laura sambil tersenyum. Ternyata didepan pintu ada kelvin yang kebetulan lewat di kamar laura. Karna kejailanya diapun nguping.
“belum, sih tapi kalau ada yang nembak juga silahkan..” jawab ku.
“oh.. Jadi crystal belum punya pacar.. bagus..” ucap kelvin di depan pintu dan langsung pergi ke kamarnya.
“sudah kita tidur, besok kan mau sekolah sekalian kita langsung shoping habis pulangnya.. Ok..” tawarnya sambil menarik selimut bergambar angry bird itu.
“baiklah….”jawabku sambil memeluk boneka doraemon.
Paginya kita berdua pergi menggunakan mobil sport warna biru milik ku yang diberikan pat sebagai tanda persahabatanya. Oh.. Iya kita berdua sekolah di School Education for Tween, di sekolah ini kita bebas pakai seragam apa aja pada hari selasa sampai sabtu, jadi hari ini aku memilih pakai sepatu high heels 4 cm, celana jeans, tank top dan syal serta topi lebar, kacamata, jam tangan, gelang dan cincin yang hampir semuanya berwarna biru serta rambut yang separuh diikat.
Sementara laura memakai sepatu flat, stocking, rok mini berbahan jeans, ikat pinggng, baju HEM tanpa lengan, bando yang semuanya berwarna pink dan rambut yang diurai. Pelajaran pun dimulai, pelajaran pertama sciene setelah beberapa lama kemudian pelajaran pun sudah selesai waktunya pulang. Memang pelajaran di sekolah ini hanya 1 pelajaran per hari jadi muridnya nggak bakalan strees karna mikirin tugas. Kita pun berangkat menuju Zuper Big Mall, disana banyak dress code, aksesoris, salon, dll yang berhubungan dengan kecantikan.
Pertama kita menuju ke penjualan sepatu, banyak sepatu yang bagus-bagus, namun pilihanku jatuh pada sepatu high heels 6 cm berwarna silver dan gold yang ditaburi dengan glitter, sementara laura memilih sepatu boot panjang berbahan catoon berwarna pink yang dihiasi bulu-bulu di atasnya dan high heels yang sama dengan punya ku.
Lalu kita menuju ke toko baju, banyak yang menarik perhatianku, laura pun demikian. Hingga aku memilih gaun berwarna emas dan silver dihiasi dengan gliter untuk menserasikan dengan sepatu yang tadi di beli. Sementara untuk baju rumah aku memilih hem tanpa lengan juga rok mini berbahan jeans, tank top dan jaket pesta, yang berwarna biru. Laura memilih celana jeans dan selebihnya mirip dengan punya ku.
Lanjut ke aksesoris, aku dan laura memilih gelang, kalung ,anting, dan bando yang serasi dengan bajunya. Akhirnya setelah berlama-lama di Zuper Big Mall, kita pun pulang membawa barang belanjaan yang begitu banyak dan langsung menghempaskan diri ke kasur.
“crys, sepertinya gaun itu cocok untuk mu” puji laura.
“terima kasih, ini juga karna kamu, kamu juga cantik kok!!” ucapku.
“bagaimana kalau kita pakai gaun ini di acara proom night nanti” ajak laura.
“bagus, aku ke dapur dulu ya ambil minum, kamu mau minum apa?” ucapku sambil bergegas pergi meninggalkan laura.
“ya, eh.. Susu aja deh biar cepet, kutunggu di ruang tengah ya…” ucap laura.
Setelah berapa lama…
“nih.. Ku ambil es susu, kamu nonton apa?” tanyaku.
“belum, aku tadi habis nungguin kamu, lama banget sih..” candanya.
“kalau mau cepet, ya.. Ambil sendiri!!” ucapku tak mau kalah.
“oh.. Iya aku mau jalan keluar dulu. Kamu mau ikut kah?” tawar nya.
“nggak, lagi nggak mood” jawabku enggan karna lagi asyik nonton film.
“yakin.. Gak mau ikut, ntar rugi loh..” ucapnya menggoda, namun aku tetap pada posisi semula.
“ya sudah kalau begitu, sekalian kamu jagain kelvin sana!”
Tanpa diduga kelvin mendengarkan percakapan mereka hanya senyum tertahan dari kedua bibirnya. Sementara aku masih sibuk menonton film, terlalu seru untuk di lewatkan he.. he.. he..
Deru mobil dita kembali menyala setelah 12 jam tertidur, kini tinggal aku dan kelvin di tempat seluas ini, namun kelvin masih dikamarnya, mungkin masih tidur. Aku pun meminum susu yang sudah tersedia dari tadi, akhitnya film itu iklan juga…
Ekor mataku melihat kelvin kedapur yang keluar dari kamarnya, heii.. Kenapa malah aku perhatikan dia.. Segera kufokuskan mataku kelayar yang berada di depanku.
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
“PRANG..!” suara itu membuyarkan lamunanku tentang kelvin, segera ku cari arah sumber suara itu. Dan ternyata..
“KELVIIIIN…!!!”
Terkadang kita menanyakan apa itu perjalanan hidup, sebagian orang mengatakan bahwa jalan hidup itu adalah sebuah perjuangan tanpa henti namun ada juga yg mengatakan perjalanan hidup adalah sebuah takdir! Pendapat orang memang berbeda beda jalan fikiran nya pun berbeda mungkin sifat dan sikap menjadi salah satu faktornya.
Mitha dia adalah sesosok gadis cantik, ulet, sayang sama keluarga namun dia agak sedikit tomboy dia di besarkan hanya oleh ibunya, Ayahnya pergi entah kemana sejak Mitha masih dalam kandungan enam bulan. Dia sangat piawai dalam memainkan gitar, cita-citanya adalah menjadi orang sukses dan bisa menaik hajikan ibunya “ibu mitha berangkat dulu yah” Mitha berpamitan pada ibunya “iyah nak, hati-hati di jalan” sesampainya di jalan mitha melihat ada sebuah angkot yg sedang menganggur “bang gue boleh pinjem angkot itu gak?” tanya Mitha sama seorang sopir” iyah silahkan neng, asal hasilnya di bagi dua yah?”
“sip, bang mana kuncinya?”
“nih neng, hati-hati bawanya”
Tak lama kemudian Mitha menarik angkotnya itu dengan jurusan lebak bulus, kebetulan Mitha sekolah masuk siang jadi dia menarik angkot terlebih dahulu untuk menambah uang sakunya.
“ayo lebak bulus, lebak bulus pak bu silahkan naik” Mitha terus-terusan menarik simpati orang-orang. Setelah Mitha menawarkan kepada orang-orang untuk naik angkot nya itu, Akhirnya Mitha mendapatkan banyak penumpang” nak kamu tidak sekolah?” tanya salah satu penumpang “sekolah Bu, tapi masuk siang jadi narik angkot dulu yah lumayan bu buat nambah uang saku”
“wah! Rajin yah kamu nak, yah memang hidup itu butuh perjuangan semua nya harus di lakukan dengan pengorbanan, sekolah kelas berapa nak?”
“saya sekolah di SMAN 19 jakarta, kelas tiga bu”
“oh, ya sudah ibu turun di sini saja, berapa ongkos nya?”
“lima ribu saja bu, hati-hati bu nyebrang nya”
bincang-bincang mereka pun selesai
—
“mit kantin yuk?” Alexa mengajak mitha
“males ah, lagi seru disini, terus juga gue lagi ngirit, hehe” jawab Mitha
“oh ya udah gue nemenin lo aja deh!” jawab Alexa
“hmm… Yah makasih udah mau nemenin gue” jawab Mitha “oh iyah tumben lo tadi telat, kemana aja? Tanya Alexa
“tadi gue narik angkot dulu Al” jawab Mitha
“wih rajin amat yah lo tuh, salut gue sama lo!”
“hm.. Yah kan hidup itu butuh perjuangan Al, kalo kita hanya diam gimana kita mau sukses?” ujar Mitha
“iyah bener kata lo mit, Semoga suatu saat nanti lo jadi orang yang sukses yah mit” jawab Alexa
“iyah Al, makasih do’a nya” jawab Mitha
“eh mit, hari ini kaya nya pulang cepet”
“iyah terus?”
“lo mau gak main ke rumah gue dulu?” tanya alexa
“hm gue mau narik angkot lagi al, gimana kalo lo ikut gue aja? Buat nambah-nambahin pengalaman” jawab Mita
“wah boleh juga tuh”
Menit kemudian mereka jalan ke pangkalan angkot tepatnya lagi metromini
“bang gue pinjem lagi yah angkot nya?” tanya Mitha
“oh ya silahkan neng”
mereka pun langsung mencari penumpan, hari ini lumayan sepi penumpangnya, Mitha tak pantang menyerah karna di benak nya hanya ada kata “Demi Ibu” semua yang dia lakukan itu demi ibu yg sangat dia sayangi. Namun ada saja penumpang yang membayar tak sesuai dgn tarif yg telah di tentukan namun Mitha hanya membalasnya dengan senyuman baginya hal seperti ini sudah biasa terjadi “lah mit, kok lo diem aja sih” tanya alexa
“sudah biasa Al, udalah mungkin bapak itu uang nya pas-pasan”
kabut mulai berdatangan, langit menjadi gelap angin ikut serta menyapa, menit kemudian hujan melanda kota jakarta
“Kabar ibu lo gimana?” Tanya Alexa
“alhamdulillah, baik”
“lo sayang banget yah sama ibu lo?” tanya Alexa
“iyah, cuma dia yang gue punya gue pengen nunjukin kalo gue bisa sukses dengan cara gue sendiri”
“gue salut sama lo mit” jawab Alexa
Mitha hanya membalasnya dengan senyuman akhirnya cuaca kembali cerah hari sudah sore memaksa mereka untuk kembali ke rumahnya masing-masing
—
tiga puluh menit sudah mitha menuju rumahnya dan akhirnya pun dia sampai kerumahnya melihat ibunya yang sedang memasak di dapur Mitha langsung menuju ibunya dan memeluknya dari belakang, “ibu sayang masak apa?” tanya Mitha
“ya ampun, bikin ibu kaget ajah” jawab ibu Emmy “wah masak apa nih bu?”
“masak nasi goreng kesukaan kamu sayang”
mitha langsung menuju kamarnya untuk berganti baju selesai berganti baju Mitha langsung memetik gitar nya
“tuhan andai aku bisa membahagiakan ibuku, membuat ibuku tersenyum pasti akan aku lakukan karena ku sangat menyayangi dia seluruh jiwa, sekuat tenaga pasti akan aku lakukan”
perkataan itu dia utarakan lewat buku diarynya
“sayang nasi nya sudah matang” tak lama kemudian Mitha langsung meyamperi ibu nya yang di ruang tamu, dan duduk di samping ibunya
“kenapa kamu baru pulang mit?” tanya ibunya
“tadi mitha narik angkot dulu bu” jelas mitha
“maafin ibu yah sayang gak seharusnya kamu sampai seperti itu, ibu gak bisa ngasih yang lebih sama kamu” jawab ibu Emmy
“kata siapa ibu gak ngasih lebih? ibu udah ngasih perhatian, kasih sayang, pengertian semuanya udah lebih dari cukup buat Mitha”
“kamu memang anak yang bisa di banggakan” jawab ibu Emmy
“besok kan libur Mitha boleh narik angkot lagi bu?” tanya mitha
“iyah boleh asal kamu hati-hati”
Jam makan malam pun telah selesai, Mitha langsung menuju kamarnya, langit sudah terlihat sangat gelap tak lama kemudian mitha tidur
Fajar telah menyongsong matahari perlahan-lahan mulai menunjukan sinarnya, Mitha pun telah bangun dari tidurnya yang pulas. Ibu Emmy telah menyiapkan makanan di meja makan Mitha menyempatkan diri untuk memakan hidangan yang telah di siapkan oleh ibunya
“ibu Mitha pergi dulu yah” ujar Mitha dan berpamitan kepada ibu nya sambil mencium tangannya udara pagi membuat Mitha menjadi lebih Semangat, sapaan angin membuatnya terbuai akan indahnya kuasa Tuhan YME.
“bang gue narik lagi boleh gak?” tanya Mitha
“iyah boleh neng”
tak mengulur-ulur waktu Mitha langsung bergegas menancap gas metromini itu
“dari sini ke lebak bulus berapa ongkosnya?” tanya salah satu cewek
“lima ribu neng” jawab Mitha
“hah?! Mahal amat? Biasa nya juga dua ribu” ujar cewek itu
“ya ampun neng harga bensin sekaramg itu mahal, jadi gimana mau ga? Kalau mau silahkan, Gak ya udah turun” jawab Mitha
“iyah iyah bawel lo ah” gadis itu menjawab dgn sangat kesal!, Langit semakin cerah berwarna biru seakan tiada mendung, Mitha merasa kesal dgn gadis itu, Matahari telah menutup sinarnya, cerahnya langit telah di ganti oleh awan yang berwarna hitam pekat, Mitha bergegas untuk pulang
—
“Mit lo tau gak katanya ada murid baru?” tanya Alexa
“gue gak tau Al, kenapa emang?” jawab mitha
“iyah gak papa cuma tanya aja barang kali tau”
“hmm… ya udah masuk yuk udah bel tuh entar telat lagi” ujar Mitha sambil menupuk pundak alexa
menit kemudian Mitha dan Alexa masuk ke kelas nya, tak lama kemudian datang sesosok gadis cantik kulitnya putih tinggi, membuat semua takjub kepadanya, dia bernama dara, mitha merasa kenal dengan gadis itu Mitha mencoba mengingat-ingat
“lo supir Metromini itu kan?” tanya Dara
“iyah emang kenapa?” jawab Mitha
“yah ga papa gue salut aja sama lo, lo kan cewek tapi mau kerja kaya gitu sekolah lagi” jawab dara sambil duduk di samping Mitha
“oh iyah makasih” jawab Mitha
Mitha di buat terheran-heran, dia fikir Dara sombong dan belagu nyatanya tidak!
matahari semakin meninggi jam istirahat pun telah menyapa mereka seperti biasa Mitha menghabiskan waktunya dengan bermain gitar
“kenalin gue dara, lo siapa?”
“gue Mitha dan yang di samping gue namanya Alexa”
“permainan gitar lo keren” puji dara pada Mitha
“iyah makasih” jawab Mitha
“iyah sama-sama”
mitha hanya membalasnya dengan senyuman yang terpancar dari bibir manisnya
“kenapa lo gak coba buat band aja?” tanya Dara
“belum sempet kefikiran ra” jawab Mitha
“mau gak gue kenalin sama paman gue?” jawab dara
“boleh” MItha menjawab dengan senyum manisnya
“dia seorang meneger Musik dan bisa meng-orbitkan Lagu kebetulan dia sedang ingin membentuk sebuah grup duo vokalisnya sih gue kan siapa tau dia suka sama lo, lo bisa gabung sama gue” jawab dara
“ayo mit kamu mau aja siapa tau dari situ lo bisa sukses sob” Alexa mencoba meyakinkan hatinya mitha
“iyah kalo lo mau lo tinggal datang aja ke alamat ini”.
Hari semakin sore jam pelajaran pun telah selesai Mitha, Alexa, dara kembali ke rumahnya masing-masing
—
“ibu” Mitha mencari cari ibunya ingin mengasih kabar gembira ini tapi kemana ibu nya?
ternyata ibu nya sedang membereskan kamar nya Mitha, mitha pun langsung menuju kamarnya
“ibu tau gak? tadi ada temen Mitha yang nawarin mitha buat bikin band sama dia, pamannya itu seorang produser musik mungkin aja dari situ Mitha bisa sukses iyah kan Bu?” ujar mitha
ibu nya hanya membalasnya dengan senyuman
“ibu kok diem? gak setuju yah?” Mitha merasa sedih
“ibu setuju-setuju kalau itu memang ke putusan kamu sayang” jawab ibu Emmy sambil membelai rambutnya Mitha
“bener yah Ibu setuju?” Mitha merasa sangat bahagia mendengar kata itu
Esok pagi nya Mitha langsung bergegas menuju sekolah dengan sepeda fixi nya yang melaju kencang sesampai nya di depan gerbang Mitha bertemu dengan Dara
“Mit” Dara menepuk pundak Mitha
“eh iyah ada apa Ra?” jawab Mitha
“hehe gpp cuma mau manggil ajah” ujar dara
menit kemudian mereka segera memasuki kelasnya hari ini adalah pelajaran B.indonesia semua mendapatkan tugas untuk membuat syair puisi
Jam sudah menunjukan pukul 07.00 itu mendandakan jam pelajaran telah di mulai
“eh Mit, gimana udah bikin syair Nya?” tanya Alexa
“sudah Al” jawab Mitha
kemudian Guru B.indonesia datang, tak mengulur-ulur waktu Mitha langsung membacakan syair yang telah dia buat “Puisi ini aqu bacakan untuk ibu yang paling aqu cintai”
ibu mabukan aqu
dalam anggur cintamu
larut kan aku dalam setiap pori-pori tulangmu
rangkul lah aku dalam setiap langkahmu
recai lah aku ibu
hidupkan lagi daku ibu
sungguh! Ku tergoyak akan indah nya pengorbananMu
wahai kau Ibu kau lah tirai cinta dan kasihku.
Semua mata terdiam dan tak kuasa menahan air matanya karna Keindahan syair yang telah Mitha baca syair itu begitu dalam merasuk dalam setiap heningan bagi orang-orang yang mendengarnya. Mitha yang membacanya pun tak kuasa menahan air matanya rasa sayang kepada ibu nya memang sangatlah besar tak ada yang dia sayangi selain ibu nya
Cerita pak Dayat tadi sontak membuat Anak-anak Diam merenungkan kata-kata pak Dayat tadi semua menangis seolah-olah kelas itu menjadi sebuah lautan yang di penuhi air Mata entah apa yang membuat pak Dayat bercerita tentang itu Mitha tak kuasa menahan air Matanya, jam pelajaran pak Dayat pun selesai jam pelajaran telah habis, Mitha langsung pulang dengan mata yang bengkak dan membawa sepeda fixi nya melaju cepat Mitha ingin cepat-cepat sampai ke rumah nya dan tak lama kemudian Mitha sampai ke Rumahnya. Mitha langsung menuju kamar Ibu nya sesampai nya Mitha di kamar ibu nya Mitha langsung meneteskan air mata dan langsung bertekuk lutut pada Kaki ibu nya
“bu, maafin Mitha selama ini Mitha belum bisa jadi anak yang baik buat ibu Mitha sering bikin ibu capek, ibu nangis semua nya Mitha udah lakuin ke ibu Mitha benar-benar Minta maaf bu” Mitha benar-benar tak kuasa menahan air mata nya dia menciumi kaki ibu nya dan menangis tersendu-sendu.
Ibu Emmy kaget ada apa dengan anak nya itu? dan Ibu Emmy langsung membangunkan Mitha “bangun sayang, Mitha gak seburuk itu kok, Mitha selama ini udah jadi anak yang baik buat ibu semua nya Mitha lakuin demi Ibu kan? Sekarang yang perlu Mitha fikirin adalah tentang masa depan Mitha, mau jadi apa Nanti? Kejar Impian Mitha, Kejar kebahagian Mitha” jawab Ibu Emmy
“kebahagian Mitha udah ada di depan Mitha kok, lihat ibu senyum juga Mitha udah bahagia, ibu jangan tinggalin Mitha yah” Mitha langsung memeluk ibu nya dengan derai air mata
Menit kemudian Mitha masuk ke kamar nya dia mengambil buku diary nya dan menulis “andai aku bisa! Pasti ku lakukan dengan sepenuh jiwa tanpa ada sisa demi IBU aku rela meregang nyawa” langit semakin meninggi fajar pun telah hilang Mitha langsung menutup matanya
Esok hari nya sesampai nya dia di sekolah dia langsung menemui Dara
“Dara, kapan kita ke studio paman kamu?” tanya Mitha
“pulang sekolah juga boleh Mit” jawab Dara
mereka jalan berdua menuju Alexa dan entah mengapa Alexa merasa Mitha sudah tak memperdulikan nya lagi apa karna ada Dara? Tapi Alexa Yakin dia bukan sahabat yang mudah melupakan!
“Mit gue pengen ngomong berdua sama lo” ajak Alexa sambil memengang tangan Mitha.
Mereka pun menuju tempat yang aman
“ada apa Al, penting banget kelihatannya?” tanya Mitha
“hm iyah penting, ini menyangkut persahabatan kita” jawab Alexa
“loh bukan nya persahabatan kita baik-baik sajah Al?”
“enggak Mit, sekarang lo udah gak perduli lagi sama gue, lo lebih care sama Dara dari pada gue sahabat lama lo, gue rasa lo udah gak sayang lagi sama gue Mit” Alexa mengutarakan nya dengan tetesan air mata nya dan bersandar di pundak Mitha
“enggak Al, lo tetap sahabat yang terbaik buat gue Al, gue sayang sama lo, lo sahabat baik gue lo gak usah berfikiran kaya gitu udah yah jangan nangis” Mitha mengusap air mata nya Alexa
“lo jangan tinggalin gue yah?”
Mitha hanya mengangguk dengan senyuman manis di pipi nya
Selama waktu berselang mereka pun Kembali ke kelas nya Dara yang sedang asik main hp Terkaget-kaget oleh kedatangan Mitha dan Dara
Bel pulang telah berbunyi hari ini Mitha, Dara, Alexa langsung menuju studio paman nya Dara, perjalanan sedang di tempuh oleh mereka sekitar jam setengah tiga sore mereka sampai di studio Dara mengajak mereka masuk dan berkenalan dengan Paman nya itu
“Mas kenalin ini Alexa, kalo yang tomboy itu Mitha namanya yang Pernah Dara ceritain Itu” Ujar Dara
Dhani hanya menyambutnya dengan senyuman
“jadi kamu yang nama nya Mitha? Bisa main melody?” tany Dhani
“iyah mas, Insyaallah bisa” Jawab Mitha
“ya sudah langsung sajah” Mitha langsung Memainkan melodi dengan petikan yang sangat amat merdu semua diam menyaksikan permainan Gitar yang di bawakan oleh Mitha Rasa kagum pun muncul di Benak dhani dan dia Langsung mengajak Mitha Kontrak Rekaman Bersama Dara yang menurut nya mempunyai suara bagus
“mit kamu mau duet sama Dara?” tanya dhani dengan penuh harapan
“hm.. Aku fikir-fikir dulu yah mas” Mitha menjawab
Dua jam Mitha dan Alexa berada di studio Dhani mereka telah berbincang bincang Lama dhani benar-benar terpukau akan permainan gitar nya Mitha akhir nya Mereka pulang seperti Biasa, Mitha pulang dengan sepeda fixi nya Mitha boncengan dengan Alexa Yang memang rencananya Hari ini Alexa mampir ke rumah nya Mitha, sepeda Melaju kencang mereka sampai sekitar
Jam empat sore Mereka sampai di Rumah nya Mitha dan langsung Masuk ke Rumah nya Mitha, Mereka di sambut dengan senyuman Ibu Emmy Yang Manis
“eh Alexa ya? Tambah cantik aja sekarang” tanya Ibu emmy
“iyah bu” Alexa mencium tangan Ibu Nya Mitha
“bu kalo Mitha terjun Ke dunia Musik Ibu setuju gak?” tanya Mitha pada Ibu nya
“kan Ibu bilang ibu setuju-setuju sajah kalau memang kamu nyaman dengan pekerjaan itu” Ibu Emmy Menjawab sambil membelai-belai Rambut Mitha.
Mitha sangat bahagia mendengar kata yang terucap dari bibir Ibu nya
“Ibu doain Mitha semoga sukses Yah biar orang-orang gak Bisa caci maki kita lagi, biar mereka Tau kalo seorang cewek supir metromini Itu bisa jadi orang yang Sukses” Ujar Mitha
ibu nya hanya tersenyum mendengar Kata-kata Anak nya itu Hari sudah semakin sore Alexa pun telah meninggalkan rumah Mitha,
“bu Mitha bangga sama Ibu” sambil memeluk Ibu Emmy
“ibu juga bangga Sama kamu sayang” jawab Ibu Emmy
“andai Mitha Bisa bikin ibu bahagia Pasti Mitha lakuin bu”
“mitha udah bikin Ibu bahagia kok” ibu Emmy tak henti-henti nya Menatap Mata anak nya itu
“Mitha janji kalo Mitha sukses Nanti apa pun kemauan Ibu pasti Mitha beliin, terutama Naik Hj.n Ibu, Ibu doain Mitha yah”
hari sudah larut Malam Mitha telah tertidur pulas di pangkuan Ibu Nya
Matahari telah memancarkan Sinarnya Mitha langsung bergegas Pergi kesekolah Namun ban sepeda fixi nya kempes terpaksa dia Jalan kaki kebetulan Mitha bertemu dengan Alexa di jalan dan Mereka berangkat sekolah bersama
“eh hari ini ikut ke studio enggak?” tanya Mitha
“iyah aku selalu ikut kamu kok”
sepuluh menit mereka sampai di Sekolah namun ternyata hari ini ada Rapat Dan terpaksa Siswa Siswi di pulangkan Dara, Mitha, Alexa langsung menuju Studio dhani yang di Pangkal Pinang jaksel satu jam perjalanan akhirnya mereka sampai mereka langsung menemui dhani yang sedang duduk santai di kantor Nya, mereka di persilahkan duduk oleh Dhani
“langsung sajah yah, Mitha Dara kalian akan membentuk sebuah duo Yang telah saya kasih Nama yaitu The Virgin Besok kalian rekaman saya tunggu jam tiga sore” jelas Dhani
sontak perkataan dhani itu membuat Mitha bahagia dan senang
Mitha langsung membawakan kabar gembira ini pada Ibu nya setelah satu jam Perjalanan Mitha pun sampai Di rumah.
Mitha berlari menuju Ibu nya dan langsung memeluk Ibu nya penuh rasa sayang dan Cinta.
Ibu nya Heran kenapa Mitha seperti Itu langit seakan Ikut berbahagia mengantar kan kabar gembira Itu burung-burung bernyanyi dengan kicauan nya yang merdu, Bunga bermekaran seolah-olah menjadi mahkota Untuk nya langit nampak Biru awan seakan tiada mendung
“kamu kenapa Mit?” Tanya Ibu Emmy
“ibu tau gak? besok Mitha mau Rekaman Sama Dara Bu” Jawab Mitha dengan Rasa yang sangat amat Bahagia
“alhamdulillah” Ibu Emmy Mencium kening Anak nya Itu Rasa bahagia tak tertahan lagi di Benak mereka hari sudah semakin Sore
Alexa dan Dara Datang Ke rumah Nya Mitha mereka mengetuk Pintu dan Di sambut dengan Senyuman Mitha yang Manis
“silahkan Masuk aja Ra, Al” Ajak Mitha
Mereka masuk dan Menikmati Hidangan yang telah di Sajikan oleh Ibu Emmy.
“ada apa kok kalian Sore-sore Kesini?” tanya Mitha
“gue pengen nginap di Rumah lo boleh?” tanya Dara dan Alexa
“boleh banget dong, udah pada mandi?”
“Belum” mereka menjawab secara bersamaan
“hm ya sudah kalian mandi aja dulu, habis Itu sarapan ibu udah Masak sambal goreng”
(sambal goreng itu adalah daging yang dimasak dengan campuran cabe merah biasanya di daerah cirebon banyak terdapat Masakan ini).
Mereka pun tak mengulur-ulur waktu mereka langsung mandi Dan setelah Mandi menyantap Hidangan yang telah di siapkan
“silahkan Neng di cicipi Masakanna”
“iyah Bu, Makasih”
“enak Loh masakan Ibu gue” sambung Mitha
“iyah percaya Orang anak nya Sajah kalo masak Enak Gimana Ibu Nya” Puji Alexa
“hehe Lo bisa aja Al, eh gimana Ra besok jadi?” Tanya Mitha
“iyah Jadi Bawel, udah diem dulu lagi makan Ini enak banget Masakan nya” ujar Dara.
Setelah nya mereka Makan, Mereka Langsung masuk ke kamar Mitha, Kamar yang sederhana Lantai semen tembok nya yang Berwarna putih dan Atap nya adalah anyaman bambu namun Mempunyai Keunikan Tersendiri
“itu Buku-buku apa Mit?” tanya Dara
“oh Itu kumpulan puisi dan cerpen karya gue sendiri Ra” jawab Mitha.
Dara mengambil buku Itu dan sekilas Membaca nya
“selain jago gitar ternyata Jago Bikin syair dan cerpen” puji Dara
Mitha Hanya tersenyum.
Jam sudah menunjukan pukul 22.00 mereka pun langsung tertidur di temani oleh peri-peri kecil yang berkelipan di atas langit
Pagi telah menunggu mereka, Mereka terbangun dari tidur Nya.
Menit berikutnya Mereka Mandi, sarapan, dan bergegas Menuju Studio Dhani mereka Kesana menggunakan Mobil Dara.
Mobil terus Melaju dengan kecepatan Sedang Melewati Halte-halte yang Ada di jakarta. Saat itu jakarta sedang Di landa Kemacetan Perjalanan Mereka sempat Terhenti Namun Setelah dua Jam perjalanan Mereka akhir nya sampai di studio Dhani.
Dhani langsung mengajak Mereka Rekaman Al hasil Rekaman Mereka Berjalan dengan lancar.
Mitha, Dara, Alexa Sangat merasa Senang dan di Benak Alexa berharap semoga Mitha Menjadi orang yang Sukses biar gak ada yang mencaci nya lagi dan bisa menunjukan bahwa perjalanan Hidup itu gak selamanya Susah Selagi kita berusaha kita pasti bisa menjadi orang sukses Tak melihat dia adalah seorang supir metromini, pengemis, pengamen, Jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa menentang keputusan nya
“Mit, Ra, selamat yah sukses selalu” ujar Alexa
Mitha membalas nya dengan senyuman
“Minggu depan kalian akan mengadakan promo Single perdana kalian, kalian siap-siap” ujar Dhani
“iyah Mas” jawab Mitha dan Dara.
Mitha benar-benar bahagia sangat lah bahagia
mereka berbincang-bincang selama sekitar satu jam setelah Itu Alexa dan Mitha berpamitan untuk pulang
“Mas kita pulang dulu” ujar Mitha
“iyah” jawab Dhani
mereka pulang Bersama dengan Rasa bahagia ini seperti Mimpi Rasa nya kata yang berada di Benak Mitha dia terus-terusan Mencubit pipi nya sendiri namun Ini nyata
Waktu yang di tunggu-tunggu kini telah datang Mereka melakukan promo di salah satu stasiun TV nasional, Mereka menyanyikan lagu perdanya mereka antusias Penonton nampak nya Menerima karya Mereka Semua nya sangat Menyukai lagu Dari duo Mitha dan Dara Alexa tersenyum melihat sahabat nya Sukses Mitha sekarang bukan Mitha Seorang supir metromini lagi.
Awak media selalu mengejar-ngejar Mereka. Popuritas Mereka semakin Hari semakin Melejit Di tengah-tengah Ketenaran nya ada sebuah Berita yang kata Nya ada seorang pria berparu baya tinggi agak kurus rambut nya cepak yang mengaku-ngaku sebagai Ayah kandung nya Mitha.
Sontak Membuat Mitha kaget dan Heran, kenapa dia Muncul di saat nama nya sudah besar?
“mba apa benar itu ayah kandung mba?” tanya salah satu wartawan
“saya gak tau “jawab Mitha
“seandai nya iyah, apa mba mau menerima nya?”
“saya juga gak tau, dimana dia disaat aku butuh ayah? dimana dia di saatku ingin dekapan seorang ayah? Dimana dia? Dia gak ada!” jelas Mitha.
“saya hanya ingin memeluk Mitha, karna Dari bayi aku Belum pernah Memeluknya” Ujar Pria Itu
Mitha tak terlalu menanggapi Masalah Itu yang Ada di hati nya hanya ada nama Ibu nya.
Lama waktu berselang berkarir Di dunia Musik.
Mitha mampu membelikan Apa yang di ingin kan oleh Ibu nya dan akhir nya Mitha mampu menaik Hj kan Ibu nya.
Inilah perjalanan hidup dari seorang Mitha yang tadi nya supir metromini kini menjadi orang besar yang di cintai oleh banyak orang.
Jalani lah hidup apa ada nya, berusaha dan tetaplah berdoa untuk mencapai cita-cita yang bisa membahagiakan orang Tua.
“Jangan tanya Gue” ujar Dona sambil meletakkan tangan di dadanya sambil tetap sibuk dengan buku Biologinya, Fanesa tersenyum melihat tingkah lucu Dona
“terus Gue harus tanya sama siapa?” Jody mulai kesal pada dua shabatnya itu, dari tadi Dia bertanya tentang pendapat mereka tentang Cewek yang Di taksirnya tapi keduanya malah sok sibuk dengan buku-bukunya
“ya Jod kita lagi sibuk jadi jangan di ganggu” ujar Fanesa sambil menutup bukunya
“Buku lo udah di tutup berarti belajarnya udah dong” Jody tetap gak mau kalah
“siapa bilang?” sekarang Fanesa membuka buku pelajaranya yang lain, Jody merenggut kesal, tapi Dia tetap duduk di antara Dona dan Fanesa
“Eh Jod bedanya Teori Darwin dan Larmack tuh gimana sih?” Tanya Dona Teori itu Dia dapat dari buku yang baru di bacanya
“Ah kamu Don beda Teori gitu ajha kamu gak Tahu”
“Ya makannya jelasin Dong!”
“Jadi gini kalau menurut Darwin itu dulu jerapah ada yang berleher pendek sama yang panjang terus gara-gara pepohonan tinggi jadi jerapah leher pendek tuh kalah jadi dia gak bisa terus berkembang biak punah deh teori Darwin kan gitu siapa kuat dia menang pas banget sama hukum rimba”
“Terus kalau Larmack?” Dona mengejar penjelasan Jody
“Kalau Larmack Ahhhhhh!” Jody berteriak kesal membuat keduanya kaget
“kenapa sih jod?” Tanya Dona dan Fanesa yang kebigungan kenapa tiba-tiba Jody berteriak seperti itu
“kalian gak adil sama Gue giliran Gue yang nanya kalian gak jawab komen pun gak tapi giliran kalian nanya Gue jawab” Jody kesal udah terlanjur menjawab pertayaan Dona
“ya udah kalau lo gak mau jawab Gue cari di perpus aja” Dona beranjak menuju perpus
“Don tuggu Gue ikut” ujar Fanesa
“Kok Gue malah di tinggal sih?, oii tunggu!” Jody berlari mengejar dua sahabatnya itu
—
“Aku kasihan sama Jody Nes..” ujar Dona saat mereka belajar bareng di rumah Dona, Jody tidak di ajak karena ini belajar plus mendiskusikan tentang Jody
“Lu pikir Gue gak gitu, sama Na”
“kenapa ya Jody harus suka sama Vera?, kenapa gak sama Mimi aja gitu”
“yeah Lu Na namanya juga orang suka masa bisa di suruh-suruh ini masalah hati gak bisa di mengerti tau” ujar Fanesa sambil mengambil camilan di atas meja
“Lu kan tau Vera Nes…”
“ya makanya Gue no komen waktu Dia tanya kemarin, bukan apa-apa sih Lu tau kan sama Jody kalau sudah suka pasti maksa”
“kita kasih bukti ke dia yuk, kalau Vera itu orangnya Playgirl”
“caranya? Vera tuh gak bakal mau, apalagi kalau Dia tau Jody suka ma Dia, Dia pasti bakal Jaim banget di sekolah”
“Emm gimana ya enaknya” Dona berfikir tiba-tiba, “Trit trit trit” suara HP Fanesa berbunyi
“eh Na Jody nelfon gimana?”
“angkat!, angkat ajha!” Fanesa mengagkat telfon Jody sambil menaruh telunjuknya di bibir Dona langsung tutup mulut
“Hallo Fan” suara Jody di sebrang, Jody emang biasa memanggil Fanesa dangan sebutan Fan tidak sama dengan Dona yang lebih akrab memanggil Nes
“iya apa?”
“ke rumah Dona yuk!”
“dugh gimanaya Gue lagi di pasar nie ngantar nyokar Gue”
“serius Lu ada di pasar tumben…?”
“apanya yang tumben emangnya Lu pikir Gue Cuma bisa jadi anak Mall gitu?” kesel juga denger kata tumben dari Jody
“ya maksud gue tumben gitu di pasar sepi…”
“ya kan gue emang cari tempat yang sepi buat terima telphone”
“tumben lagi nih di pasar ada tempat sepi”
“Lu kenapa sih Jod ganggu ajha, udah ah Gue sibuk nih…!”
“ya ya sory tuan putri, ya udah gue telphone Dona ajha”
“ngapai telphone Dona?”
“urusan gue nie, Lu gak usah tau”
“ih rese’ Lu ya udah Assalamualaikumn”
“walaikumsalam” suara Jody terdengar menjawab salam, Fanesa langsung menutup Hpnya
“gimanaa?” tanya Dona cemas
“Dia bilang mau telphone kamu”
“dugh gimana nih, Dia pasti marah banget kalau tau Lu di sini tanpa bilang Dia, kita atur Strategi”
“gini jha Gue pulang ”
“serius PRnya kan belum kelar”
“ya gak papa lah nanti malem kan Gue bisa ke sini lagi biar sama Jody sekalian”
“oke hati-hati di jalan ya”
“yupz” Fanesa bersamalaman dan mencium pipi kiri dan kanan Dona
Tanpa keduanya sadari ternyata orang yang mereka hindari sudah berdiri di depan pintu rumah Dona, saat kedunya membuka pintu mereka harus kaget karena Jody sudah berdiri seperti satpam dan menatap tajam kedua sahabatnya itu
“Jody” ujar Dona
“ini pasarnya?, udah mulai gak jujur sama shabat sendiri!”
“maksud Lu Jod?” dona berusaha menguasai keadaan
“gak usah sok gak ngerti deh Na, Lu paham kan maksud Gue”
Fanesa hanya menunduk karna dia tau persis yang di maksud Jody “Sory Jod bukan maksud Gue gak jujur sama Lu tapi”
“Tapi apa Hah?!” jodi memotong kalimat Fanesa “Gue kecewa sama kalian sumpah Gue kecewa pertama kalian udah sok cuek masalah cewek yang Gue taksir, kedua Lu Fan gak ngajak Gue ke sini, ketiga kalian udah sekongkol gak jujur sama Gue mau kalian apa sih kalau kalian udah gak mau shabatan ma Gue? bilang!, Gue juga gak bakal maksa kalian jadi sahabat Gue bukan menghindar kayak gini, cara kalian ini kayak anak kecil tau!” ujar Jody dengan nada tinggi, lalu Dia melangkah pergi
“Jod apa yang Lu kira gak sama dengan apa yang terjadi!” teriak Dona, Jody hanya menoleh dan menaiki sepeda motornya
Air mata Fanesa mulai mengalir Dia menangis karEna sudah mengecewakan sahabat yang udah Dia anggap saudara, Fanesa memang gampang nagis beda sama Dona yang lebih bisa menguasai diri
“gak usah nagis Nes” ujarnya sambil meranggkul sahabatnya itu
“Gue, Gue salah Na gue salah udah gak jujur ama Jody ini salah Gue Na sampe Jody marah kayak gitu”
“Lu pikir Gue gak? Gue juga tapi gak apa-apalah gak usah sedih kita gini kan juga buat kebaikanya Jody juga kan Nes”
“tapi Na”
“ssstt gak papa yang penting kita usaha dulu buat memperbaiki semuanya, Gue yakin kita bisa, Oke?”
Fanesa menggangkat wajahnya “oke!”
“gitu dong, ke dalem lagi yuk, besok paling si Jody udah mau contoh PR” Fanesa tersenyum dan mengkuti ajakan Dona
—
Ternyata prediksi mereka salah, kesokan harinya Jodi bersikap dingin pada dua sahabatnya itu, Dona dan Fanesa hanya saling pandang tak mengerti harus bagaimana, biasaya Jodi duduk di belakang mereka berdua tapi hari ini gak, Jodi malah duduk di sebelah Vera dan merangkul Vera dengan mesra, Dona dan Fanesa mematung melihat kemesraan mereka, Dona kesel sekali harus melihat ini semua kenapa juga shabatnya itu harus menjadi pacar orang yang sangat tidak di sukainya di sekolah ini, Dona mengebrak bagkunya dan berlari ke luar kelas, Fanesa melihat Jody sekilas dan mengejar Dona, Jody kaget dia gak habis fikir shabatnya bisa se marah itu, hati kecilnya ingin menyusul namun pelukan Vera tidak bisa Dia tinggalkanya
Dona lari ke taman belakang Dia duduk dan menangis Fanesa perlahan mendekati Dona, Dia bingung kenapa sahabatnya itu harus menagis padahal kemaren Dia baik-baik aja bahkan menghiburnya dengan ceria
“Na” ujar Fanesa sambil perlahan menyentuh pundak Dona, Dona langsung memeluk tubuh sahabatnya dan menangis dalam pelukanya
“Lu kenapa Na?”
“Gue gak suka Jody jadain sama Vera Nes, sumpah Gue gak suka” ujarnya terbata-bata
“iya Na Gue paham jangan kira Gue juga suka apa Jody sama Vera tapi mau di apain lagi coba?, biarin jha siapa tau nanti Dia sadar dan bisa balik lagi ke kita” Dona diam tidak bisa menjawab tetap dangan tagisannya Dia gak bisa bohong sama perasaannannya sendiri kalau Dia telah menyayangi Jody lebih dari sahabat bahkan saat Dia dan Fanesa akrab
“Nes,” ujar Dona sembari melepas pelukannya “Gue gak bisa bohong sama diri Gue Nes, Gue Gue sayang sama Jody”
“iya Na Gue paham Gue juga sayang kok sama Dia”
“tapi sayang Gue beda Fan, Gue sayang sama Dia lebih dari sahabat makanya tadi saat Gue lihat mereka mesra di kelas kayak ada rasa yang sakit Fan di sini” ujar Dona sambil menunjuk dadanya Fanesa langsung memeluk erat sahabatnya itu
“sabar ya Na, sabar” Dona kembali menangis di pelukan sahabatnya
Di kejauhan di balik pohon yang rindang ada seseorang yang sukses mendengar pembicaraan mereka berdua Dia adalah sosok yang baru mereka bicarakan, Jody menatap nanar ke arah Dona dan Fanesa, ingin rasanya Dia menghampiri Dona memeluknya memegang tanganya dan membisikkan kata-kata yang dapat meyakinkannya bahwa Dia akan selalu ada untuknya dan gak akan pernah meninggalkan Dia sendirian, namun hal itu hanya khayalan karna kakinya kelu lebih kelu dari saat Dia akan maju ke depan kelas untuk menyelesaikan soal FISIKA, mulutnnya kaku untuk berkata-kata, lebih kaku dari saat Dia perentasi di depan kelas
Kenapa Dia harus tahu sekarang saat kemarin malam Dia beranggapan bahwa sahabatnya itu tidak akan pernah memberi balasan atas rasa sayangnya yang lebih dari sahabat, kenapa dia baru tahu sekarang saat dia memutuskan untuk melupakan dan hanya menggapnya sebagai sahabat, kenapa Dia baru tau skarang saat tadi malam pikirannya kelu atas pertengkaran itu memutuskan menembak Vera lewat SMS yang singkat kenapa harus terlambat
Dengan tanpa semagat Dia duduk gontai di kursi koridor sekolah
“sayang Gue cari ke seluruh sekolahan ternyata di sini” Vera datang dan merangguk pundak Jody “Lu kenapa sayang” ucap vera sambil menyentuh pipi Jody mesra, Jody menurunkan tangan Vera
“Gue gak apa-apa kok”
“Beneran kok lesu gitu sih”
“Ah Lu kan baru tau Gue jadi” tiba-tiba Dona dan Fanesa lewat di depan mereka, perkataan Jody terpotong demi melihat dua shabatnya itu “Na tunggu” entah kekuatan dari mana yang bisa membuat Jody memanggil Dona, Jody hendak berdiri menggejar tapi Vera keburu menarik tanganya “Ke kantin ajha yuuk” ajak Vera
“tapi masih ada urusan bentar”
“Ah, sayang mereka itu sahabat yang baik mereka pasti mau ngasih waktu lebih buat kita, kita kan baru jadain mereka pasti ngerti kan” ujar Vera merengek
“Oke kita ke kantin Lu bener mereka sahabat yang baik” “bahkan sangat baik” ujar hati Jody
—
Hari-hari berikutnnya Fanesa harus merasa kesepian karna Dona sudah 3 hari gak masuk gara-gara sakit, saat Dia menyambagi rumah Dona kemarin sahabatnya itu baru keluar dari rumah sakit kata mamanya sih sakit typus gara-gara sering makaan buah yang kecut tapi Fanesa yakin penyebabnya bukan hanya buah itu Dia yakin ada hal lain yang menjadi penyebabnya yang lebih parah dari buah kecut. Jody berjalan masuk kelas dengan tas di punggung saat melihat Jody tenyata Fanesa baru menyadari ada sesuatu yang aneh juga saat 3 hari yang lalu Vera, iya Vera sudah lama gak kelihatan jalan dengan Jody malah uring-uringan kalau deket Jody malah Vera sekarang lebih deket dengan Tio. Jody melintasi meja Fanesa, Fanesa fikir Dia akan langsung duduk di bangku pojok tempat favoritenya sejak mereka bertiga bertangkar, tapi Fanesa salah Jody malah duduk di samping Fanesa, Fanesa menoleh pada Jody, Jody pun begitu
“Fan kita harus bicara”
“bicara untuk apa?” tanya Fanesa
“banyak hal terutama tentang Dona”
“Oke”
“nanti istirahat ya” Fanesa mengganguk dan berdiri menuju tempat tapanya di pojok bangku
—
Mereka berjalan berdampingan menuju taman sekolah dan duduk di rumput yang sedang bersemi
“Gue udah tau” ujar Jody dengan tatapan terfokus ke depan
“tau apa?” tanya Fanesa tak mengarti
“tentang prasaan Dona sama Gue”
“siapa yang kasi tau?”
“Gue denger dari percakpan kalian di belakang sekolah waktu itu” Fanesa kaget tapi Dia senang juga tak perlu repot-repot bilang paada Jody dari awal
“Lu udah bikin Dia sakit hati Jod”
“Gue tau Fan makanya bantu Gue buat minta maaf sama dia”
“Lu sayang sama Dona” Jody menarik nafas panjang
“jujur Fan gue sayang sama Dona saat Gue gak kenal sama Lu, saat pertama Gue masuk sekolah ini”
“terus kok Lu nembak Vera?” jody kembali menarik nafas
“kemarin saat gue minta pendapat kalian masalah Vera Gue berharap menemukan kecemburuan di wajah Dona karena Gue udah gak kuat nahan perasaan ini tapi apa nyatanya Gue harus puas dengan sikap cuek kalian, jangan Lu kira Gue gak nekan perasaan Gue sama Dona, Fan Gue tersiksa banget Gue takut nembak Dia karna Gue takut kehilangan Dia, gue takut Dia malah membenci Gue jadi lebih baik aku begini saja dari pada harus kehilangan Dia hingga aku ga kuat banget buat nekan prasaanku Gue memutuskan sok minta pendapat kalian tentang Vera Gue berharap ada kecemburuan di muka Dona dengan begitu setidaknya Gue tahu kalau Dona juga ada rasa sama Gue tapi nyatanya apa Gue harus puas dengan sikap cuek kalian di tambah lagi sore itu kalian malah membohongiku itu seolah menjadi tanda bahwa gak ada kesempatan lagi buat Gue mendapat rasa sayang Dona”
“buat masalah kemarin Gue minta maaf Gue baru tahu kok kalau Dona punya rasa lain sama Lu”
“sekarang kamu punya ide buat minta maaf plus nyatain perasaan Gue ke Dia” Fanesa menggeleng
“tapi yang pasti habis sekolah kita ke rumah Dona”
“ide bagus”
—
“Na” sapa Fanesa Dona yang duduk mematung dengan selang infus di balkon kamarnya menoleh
“Nes” ujarnya
“gimana udah mendingan typusnya?” Dona tersenyum
“lumayan lah Lu aneh deh”
“aneh kenapa?”
“gak kayak biasanya aja kalau kesini”
“ah gak kok”
“infusnya masih belum bisa di buka ya bikin jelek aja” Jody sudah berdiri di depan Dona dengan tatapan yang tak dapat di artikan, Dona tertunduk menghidar dari tatapan itu
“Na Lu kangen Jody kan” Fanesa menggoda
“Lu gak bareng cewek Lu kan?” tanya Dona ragu-ragu
“emmm bareng kok”
“kok gak di suruh masuk” ujar Dona dengan nada yang di tekan
“ngapain wong cewek Gue tuan rumahnya kok” Jody tersenyum penuh arti memegang tangan Dona yang di ikat infus “Lu masih sayang kan ma Gue?” Dona melepaskan tangan Jody, Jody kaget
“Na” ujar Fanesa lembut “kenapa? Bukannya?”
“kita bertiga sahabat Nes gak boleh ada rasa lebih dari itu”
“Na cinta itu anugrah kita gak boleh menyia-nyiakanya Lu kan yang sering bilang anugrah itu gak boleh di sia-sia kan sekarang pun begitu Na”
“tapi Nes gimana sama Lu”
“Gue gak apa-apa Na sumpah mau kalian pacaran sahabatan tunangan nikah terserah yang penting dalam keadaan apapun kita masih sahabat karena kita sahabat”
“makasih Nes” Dona memeluk Fanesa erat “emang Gue Cuma boleh berdiri menyaksikan ya? gak dapat pelukan juga” ujar Jody iri Mereka berdua malah menertawakan kalimat Jody
Cerpen bahasa inggris
A Silent Woman
After completing the homework, time for her to relax while watching her favorite tv shows that is cartoon. Because the fun watching, she did not know that her mother called her to make tea. It made her upset, angry and approached Yuanita by saying, “You are already 25 years old, but you still watching a cartoon, until I called and you didn’t heard,” turning off the TV is being watched Yuanita. She just looked down and apologized to her mother. “You are already adult but you never willing to change your bad behaviour, well you have to make a tea for me now”, said her mother. Yuanita replied, “Yes Mom” ??as hse walked into the kitchen.
The incident made Yuanita sad and upset with her mother. Because she never gave enough time to watch her favorite cartoon. She then went to the room with a scowl, her friendly smile was gone instantly, and the tears wet in her white cheeks. In her grief, she recalled the same incident a few years ago. At that time, Yuanita already developing strategies to regulate some of the activities that should she do to be able to watch her favorite cartoon. All things already well at the begin. But when 30 minutes after the cartoon began, her mother told Yuanita to help her who was cooking. Yuanita which is cool to watch tv ignores her mother’s orders, because she had completed all homework which she is responsible. It made her angry and turned off the tv being watched Yuanita. She was forced to obey orders to help her mother cook in the kitchen. Because if not, she will get mad and totally forbidden to watch her favorite cartoon. The incident is still happening until now the cause Yuanita lamenting his bad luck. Just to watch the cartoon was difficult and full of struggle.
Christy was the younger sister Yuanita. She’s 5 years younger than her sister. She has a slender body where it is different from the body of her sister. Christy always get whatever she wants from her parents quickly and without the sacrifices. She also could do whatever she wanted without any restrictions whatsoever from her mother. Therefore, Yuanita felt that her mother treated her differently and unfairly. However, she just could silence her mother’s response to all treatments. Because she’s not chatty like her young sister who always say what she thinks. All the events that make Yuanita a quiet woman, aloof, and closed.
When Yuanita was study, she lived with his uncle. She is free from the shackles of her mother who always gave this command and that command. She can do whatever she wants. She was able to watch cartoon as much without her mother’s know. This she did about 4.5 years. In college, she began a relationship with a man, john, from other campuses are 1 year older than her. He has worked in a factory as a laborer. He has a very strong religious knowledge and understand the unseen. Because of his knowledge, he did bad things, witchcraft, against Yuanita and the purpose is to draining Yuanita’s family money. However, what John did, it is out of Yuanita’s know. Time after time, Yuanita’s money owned by john used up to pay the rent, pay for motorcycle loans, pay debts, and others. And she did not feel that strange things. Because Yuanita loved him, she did whatever John asked without her parent’s knowing it.
After graduating, she began working and living back with her mother. Over time, Miss Alya started treating Yuanita well. She could do anything and watch cartoon as much time not only at her uncle’s house but also her parents’ house. Yuanita very pleased with the change in attitude from her mother. However, hse still remains closed to her family especially Miss Alya.
After a while, Miss Alya is getting treated yuanita very well. She often buys gold jewelry to decorate Yuanita’s body to make it look more attractive and elegant. However, every time Miss Alya told Yuanita buy gold jewelry, gold jewelry as often as it is also missing. Yuanita always give the reason that gold jewelry is lost on the road when Miss Alya asked. She also often took the money without their parents’ knowing it. Because of these, Miss Alya started to suspect something was wrong with her ??son. She began to investigate how Yuanita’s life outside the home. Because of her perseverance, she can find out what happened to her son. Miss Alya told her son not to touch with John. Yuanita agreed and was not related to John at the time. But, a few days later her gold jewelry was missing again and make her mother angry and upset. So Miss Alya initiatives her son to go to the chaplain and the paranormal to heal her son. However, it can not change the bad habits of her who always took the money and gave her jewelry to John. Miss Alya was surrendered to sensitize heal of Yuanita that do not heal. Seeing that her mother was seriously ill, Yuanita realized and began to change her bad behaviour.
Several years later, Yuanita met a handsome man, a white, hard-working, and good. The man named Michael. Yuanita undemonstrative love him. After a long acquaintance, Michael apparently harbored the same taste with Yuanita. He was applying for and invite Yuanita to get married. They lives happy ever after.
Every human must have got into trouble in their life. Trouble exist to make us better, if we think it further and can solve it with all of high uncomplaining. However, the most of people do not want to be trapped in some troubles. They want to be free and enjoy their life very much, though almost all successful people achieve their dreams after pass so many kind of trouble. One of their troubles is to express what they want to be. Maybe they are shy or afraid about other people argument about their dreams. If we rethinking once more how do we know about their dreams if they are not brave to express it directly to us? How can it become true if they still keep in their heart secretly? This trouble was happened to a girl named Diana Arifiani.
Diana was the third grade of senior high school student. She was retiring with others. She likes studying all about English. Unfortunately, her life journey was not good enough. You know, that was like when you go to somewhere, you think that the place that you want to go to is really your destination. However, when you found something that did not pleasurable, you want to turn back to the place where you were supposed to be. Can you imagine it? Have no many friends, have no many talents, and have no much bravery. What a cheerless life.
Sometimes she wanted to know something that you were expected about living in this world whether it was money or gold or something other reasons. She felt sad along her experience in senior high school because almost all her friends did not respect to her so much. She had no close friend in her school, but there was a man that always curious about her, named Damar Pratama. Damar often sees Diana’s frown face. Damar always pays more attention to her than other friends, because he felt that Diana needed a friend to share her sadness. However, he sometimes confused to invite Diana having chat in school because their friends always put on them. And finally he tried to have a chat with Diana outside the school.
It was Friday afternoon. Diana walked along the street to go home. She was alone against the wind direction. Leaves fall accompanied her journey and it was going to rain. Over and over again she looked unwell. Suddenly, a man called her from the behind she walked.
“Diana!” He was calling out her loud. Diana was looking back to him. She knew that he was Damar, but she was ignoring his call. Diana made her walk faster.
“Hey stop walking, Diana!” Damar was calling out her back louder and make his walk faster too until he was in the front of Diana.
“What do you want? I wanna go home, you’re putting on me!” Diana looked so sick of Damar.
“I know you want to go home. But… why you don’t give much time to let me speak? Please.”
“Speak of what?” Diana was looking away from Damar.
“Huff… okay, I want to know because mmm I’m just so curious about you. Why you look so blue today? Is there any friend that hurt you? Just tell me. I promise I’ll keep it secret.”
“I don’t wanna tell anything to you.” She was staring at Damar.
“Why?”
“You have no rights to know everything about me!” Exclaimed Diana.
“Yes I know, I just want to help you.”
“I think I just waste my time here, so let me go. Don’t make me angry with you. Excuse me.” Diana left Damar that still stared at her. Actually, she wanted to tell her problems to him, but she was still in doubt. She cried after that, cannot hold the burden in her heart.
*****
Diana’s family was not so harmonious like had used to be because her father, Mr. Arifiawan, had been a jobless. He just had been fired from his work because the company where he worked had been closed down. Diana’s mother, Mrs. Arifiawan, often fights with his husband because he did not care with Diana since he had been fired. Diana’s mother worked as a teacher of vocational high school. She worked very hard to make her family survive even though her husband lost his spirit. She wanted Diana to be a successful person in her life. Diana was the only hope for her. She would keep Diana safe forever. That’s a mother. Her affection will never be ended.
One night, Diana and her parents were having dinner together. The situation was very silent. Diana seemed could not say anything to open the conversation with her parents. And finally, her mother opened it.
“Well, how’s life today, Diana?” Asked Mrs. Arifiawan.
“Not too terrible, Mom.” Answered Diana.
“Really? But your face seems lying.”
“No need to worry about my face.”
“I wonder why?”
“Just go to eat, Mom.”
Suddenly, Diana’s father was asking something important for Diana.
“Do you interest about English?”
Diana directly was staring at his father.
“How do you know, Dad?”
“I ask you. I don’t tell you that you interest about English. So I haven’t known it yet.” said her father sensitively.
“I’m sorry, Dad. I didn’t mean to…”
“Okay, it’s over. I’m going to my room now.” Mr. Arifiawan interrupted Diana’s talk and he left the dining room. Diana and her mother just could let him go. Diana was still wondering why her father suddenly asked like that to her. Diana thought that her father began to care about her.
*****
In Diana’s classroom, English teacher, Mrs. Annie, talked about what life it is. She talked about it when the class was going to be over. She had her own argument about the definition of life. The students were listening to her with full of attention. Mrs. Annie was one of the favorite teachers in that school. She could make her students love her subject with exceptional guidance.
“So, life is simple. You ought to obey the God’s will and stay away from God’s prohibition. If you do a mistake to your friends, you just should ask apologize to them. If you have been helped by someone, just say ‘thank you’ to him or her. If you think you have many troubles, you can share it all to your mother. Your mother would know everything about you.” Explained Mrs. Annie.
“So, who agree with my opinion? Just raise your right hand please.” Wondered Mrs. Annie.
All students in that room raised their right hand, except Diana. Mrs. Annie then walked to Diana’s bench. She would ask her about the reason.
“All students agree about my opinion and except you, Diana. May I know why you didn’t agree?” Asked Mrs. Annie.
“Mmm… I don’t know, Ma’Am.” Answered Diana. Spontaneously all her friends laughed at her after listening to her answer, but Damar and some friends did not do it. Damar wanted to help Diana, but he had not any courage enough to stop his friends laughing.
“Stop it all!” Exclaimed Mrs. Annie.
“Maybe, I think life is so complicated. I mean… there’s no easy way to achieve our dreams. We need a sacrifice, but… there’s no chance for silent girl like me even to get a friend.” Stated Diana to Mrs. Annie with her low voice.
“Don’t be sad, Girl. Everything’s going to be OK. Take heart.” Said Mrs. Annie. Then she walked back to in the front of the class.
“Alright Class, don’t be too ignorant to your friends. That’s not good. We should respect other people although they don’t have a good sympathy to you. I know it’s hard. Try to understand, this world is temporary. You just stay awhile here. Remember? I said that life was simple in order to make you all be more patient to face this life. You will face the real life after you dead. So, be careful of what you do. Make Indonesia as the country that always keeps the civility and the honesty. Be a good citizen. Indonesia’s future depends on you. Ok, time is over. I should go now. I hope you think back of what I’ve said. Good morning.” Said Mrs. Annie.
“Good morning, Ma’Am.” Answered all students. After Mrs. Annie left the class, suddenly the leader of the class, Taufik, walked to in the front of the class and spoke to his all friends.
“I want to talk about something. Please pay attention to me.” Said him.
“What are you talking about? It’s time for a break. Don’t hold us.” Said Chira, one of his friends in the class. She was very fussy.
“You want to go? Please… Just you and I’ll keep hold them.” Said Taufik pointing to Chira’s close friends.
“Hey… okay, I’ll stay here!” Exclaimed Chira with her anger. Chira did not go.
“I don’t care. Well, I ask you to stay here to talking about us. Before I start to tell you, I want to ask some people here. Who is your friend here, Diana?” Asked Taufik to Diana.
“I don’t know. I feel have no friend here.” Answered Diana.
“Okay, and then… Damar. Who’s your friend here?” Asked Taufik to Damar.
“All people in this class are my friends even in this school.” Answered Damar.
“It’s very contrary to Diana’s answer. However, Diana doesn’t think that you are her friend. What about it, Damar?” Asked Taufik to Damar again.
“Because she thinks that she is Damar’s girlfriend. Hahaha.” Suddenly Chira interrupted their conversation and almost all students laughed at Diana and Damar.
“Stop it!!! Don’t f*ck around with me!” Exclaimed Taufik hitting the table. “Enough Chira, you may go out if you really do not enjoy this moment.” Taufik was evicting Chira.
“Upsss… sorry, Leader. I enjoy this moment so much.” Said Chira.
“Okay, I don’t want to ask it again to Damar. Now, who’s your friend here, Chira?” Asked Taufik to Chira.
“Of course they are Nera, Fanny, and Lusi. We are friends, forever.” Answered Chira.
“From your answers I can make conclusion that Diana has no world, Damar has the entire world, and you Chira just has your own world as another five groups in this class. I know you all!” Said Taufik.
“Why you are talking like that? Am I wrong if I become their friend?” Asked Chira.
“After all, who’s created a group in this class?” Asked Robi, another Taufik’s friend.
“Oh… you really haven’t known yet, Robi? Need I mention one by one?” Asked Taufik to Robi.
“No, that’s not necessary. I begin understand.” Answered Robi.
“Actually, we all begin separated. We are not one. Please realize it. Don’t act like your close friends are the only your world! We all are friends here. Don’t you know? Please respect the differences. We cannot live just with two or three people. We need all people here. I’m sure there’s no useless person in this world. Can we respect each other from now on?” Asked Taufik seriously. Damar raised his right hand.
“Yes Damar, speak please.” Commanded Taufik.
“I agree with your statement. I just want to add it. Guys, you know God not only created talkative and active persons, right? We all created here to manage this world. Can we build this world with our togetherness? I believe we all that have talkative character just know little information about silent people…” Said Damar.
“You mean Diana?” Interrupted Chira.
“It’s not just about Diana!” Exclaimed Damar.
“Be patient, Damar.” Said Taufik.
“Don’t interrupt my words before I complete it. I believe silent people need more attention from us who have talkative character. I invite you to begin mingle with silent people. Please don’t ignore them. They also need friend. Help them to be active like us. That’s one of the usefulness of active people. Thank you for the time, Taufik.” Said Damar. All Damar’s friends in the classroom clapped their hands after listening to Damar’s words.
“I like your last statement, Damar. One of the usefulness of active people is to help silent people. So, can we make a deal from now on to respect and not to hurt each other?” Asked Taufik.
“Yes we can!” Said all Taufik’s friends.
*****
It was time to go home. Since Taufik had talked in the front of the class, Chira and friends became kind to Diana. They began pay attention to her. What a significant changing of them.
Before went home, Diana took the time to look at the bulletin board. She got the information about TOEFL test at one of the famous company in Indonesia. The TOEFL scores would be acknowledged and students who could reach scores more than 600 would get the opportunity to be interviewed at the company to get a scholarship to UK. She then smiled and noted the requirements on her private book. Suddenly, there was a man patting her shoulder.
“Hey!” Greeted that man.
“Ah!” Diana was shocked and dropped her private book. “Oh my God, Damar. You make me shock.”
“Hahaha, sorry… I make your book dropped.” Damar took Diana’s book.
“Don’t touch my book!” Diana seized her book from Damar.
“Sorry. I think that book is so important for you.” Said Damar.
“Yes it is. I’m sorry too.”
“By the way, what are you doing here?” Asked Damar curiously.
“Ehm… I’m doing nothing. I just want to note something. Yes, that.” Said Diana nervously.
“What something?”
“It’s not your business.”
“I don’t think so.”
“Whatever. I’m going to back home now. Bye.” Diana began to leave Damar.
“Do you want to go to UK?” Asked Damar. Diana stopped her step to go.
“Why you’re suddenly asking about that?”
“I think you have just looked at the bulletin board about TOEFL test.” Said Damar. Diana kept silent. She could only bow her head.
“Is it true? Never mind if you don’t want to tell me about it. Sorry for disturbing you. Please continue to note the information.” Damar left Diana, but Diana then called him spontaneously.
“Damar!” Called Diana.
“Yes Diana?” Responded Damar.
“I’m sorry…”
“I know you always keep everything secret. It’s your privation. I have no rights to know it. Never mind if you still keep silent about your wishes. If unmentionable becomes your choice, I understand. Good luck. I keep my finger crossed for you.” Said Damar and then he walked leaving Diana.
*****
Diana had been doing the TOEFL test. She felt unwell after that. Diana was thinking about the result of TOEFL test every day, even she forgot while final examination would be coming next week. Many of her friends that had been accepted in their favorite university included Damar. He had been accepted in University of Indonesia majoring in computer science. Diana had not registered to various universities yet. She still confused about what she wanted to be in the future. She had no talent except her passion in English. She wanted to sign with the major in English education, but she did not want to be a teacher. She wanted to sign with the major in English literature, but she doubted about that. She needed more time to think about it all.
Two weeks later after final examination, the result was announced. Diana had passed the final examination with the average scores, but she was very grateful of what she had got. Since the announcement of final examination result, Diana also had not registered to university yet. Her mother was worried so much about her. She confused about what her daughter wanted to be. Diana decided to stay at her house all time after the graduation. She was very curious about the result. After all, she didn’t know when the time would be come.
A month after graduation, Mr. Arifiawan got a call from Mrs. Annie. He should meet her at school to talk about Diana. So, Mr. Arifiawan made an appointment with Mrs. Annie for the next day.
At 8.00 a.m. Mr. Arifiawan went to Diana’s high school to fulfill the appointment.
“Good morning, Mrs. Annie!” Addressed Mr. Arifiawan.
“Morning. Oh Mr. Arifiawan? You’re Diana’s father, aren’t you?” Asked Mrs. Annie.
“Yes, I am. What’s the point, Madam?” Asked Mr. Arifiawan.
“Please sit down, Sir.”
“Thank you.”
“Mr. Arifiawan, I invite you here to ask for your permission.” Said Mrs. Annie.
“Ask for permission about what?” Mr. Arifiawan was curious.
“Your daughter is very amazing, Sir. Don’t you know?”
“I haven’t got the point yet of what you said. Please make it right.”
“Diana got fantastic TOEFL scores, Sir. Her TOEFL scores are six hundred and twenty. She can be recommended to continue her education to London. This is the result.” Explained mrs. Annie and then she gave Diana’s TOEFL result to him.
“You mean that I should give her permission to register the scholarship to UK?”
“Yes Sir. She is worth to get it.”
“Are you crazy? She is the only daughter that I have and I should release her to UK that so far away from here. And what do you know about my family?” Mr. Arifiawan disagreed about Mrs. Annie recommendation.
“Please hold your emotion, Sir. I know it’s very hard for you and your wife, but I think you should know about what your daughter wants, Sir. She did it for your family happiness too. Please don’t be selfish.”
“I don’t give a damn. I disagree about it.” Said Mr. Arifiawan, stayed with his argument.
“Sir, please… that’s her dream. English is her thing. Don’t avoid it.” Mrs. Annie tried to understand him.
“So let her just study in Indonesia. Do you mind about it?
“Sir…”
“I don’t want to talk anymore. My decision is absolute. Please understand. Excuse me.”
Mr. Arifiawan left Mrs. Annie’s room with carried the result. He was very upset about Mrs. Annie recommendation. Mr. Arifiawan loves Diana very much. It’s hard for him to let Diana went so far from him.
*****
It’s Sunday. Diana went to the market with her mother. Mrs. Arifiawan wanted Diana to refresh her mind. Diana had not known yet about the result because Mr. Arifiawan didn’t tell her. He was very scared if Diana knew about it, she might demand him in order to allow her went to UK.
An hour after Diana and her mother left the house there was someone who knocked the door. Mr. Arifiawan opened the door and he found a man standing in front of him.
“Good morning, Sir.” Greeted the man.
“Morning. Who are you?” Asked Mr. Arifiawan with his curiosity.
“I’m your daughter’s friend. My name is Damar.” Answered the man.
“I’m sorry, but Diana is not here now.”
“My business is with you, Sir.”
“I don’t understand. What do you want, Son?”
“Sir, I know you’d been at school to take Diana’s TOEFL scores and I’m sure you’ve not told her yet about it. Sir, please let her and allow her to reach her dream.”
“How dare you are! You don’t know anything about me. Don’t act like you know everything about this condition!”
“I know your daughter, Sir. That’s the only her hope. Please let she or you will regret of what you did.”
“Oh… if anything happens to her, do you want to take a blame of her? Can you assure me that she will be safe there? Who stupid people that can guarantee it all?!!”
“I beg for sorry, Sir. I just want to make Diana doesn’t grieve anymore. She seemed so upset along her journey at senior high school. She almost has no friend. She is silent girl. She chose to be alone everywhere. She was angry when I tried to close to her, ‘till I know when she stared at bulletin board that she very wanted to expert in English. UK might be her destination. You ought to understand her, Sir. Please try…”
Suddenly, Mr. Arifiawan was speechless after listening to Damar’s words. He stared at Damar deeply.
“All decisions are yours, Sir. I just can give you suggestion. I think I should go now. Thanks for your time. Good morning.” Damar left Mr. Arifiawan.
Mr. Arifiawan realized that he was wrong. After Diana and her wife came back home, he then handed in the result to Diana. Diana was very happy after knew about it. Firstly, she didn’t ask for anything from her father. She just can be grateful of what she had achieved. When she told her mother that she wanted to register to a university, suddenly her father interrupted it. He told Diana that it would be better if she could continue her study to UK. Diana was very surprised. She hugged her father spontaneously. Her mother was crying when looked her husband and her daughter could be happy. Her father told that he and Mrs. Arifiawan would accompany her to have interview in order to get the scholarship. And if Diana was accepted, they of course keep accompany Diana until UK.
And finally, after trying hard and praying every day, Diana got the scholarship to UK. Endlessly she gave thanks to Allah SWT for everything. After that, Diana and family were preparing all the things that probably they needed to go there.
*****
The time to go abroad had come. At the airport, Diana and her mother were waiting for Mr. Arifiawan that would be coming late. Diana could not wait to fly to UK soon. She still could not believe that her dream would be come true momentarily. She told her mother that she had a friend that so kind with her. She seemed sorry because had not said goodbye yet to him. However, Mrs. Arifiawan seemed knowing who her friend is. She then saw her husband came with a man. He was Damar. When Diana looked at Damar, she was very excited and surprised.
“Damar!” Called Diana. “How do you know him, Dad?” Asked Diana to her father.
“He is the suspect that influences me to make you go. Just talk to him as your farewell.” Said her father. Mr. and Mrs. Arifiawan were leaving Diana and Damar came closer to the plane. Diana came closer to Damar.
“I’m sorry…” Said Diana.
“Congratulation… I’m glad to see you can reach your dream.” Replied Damar.
“But, without you. I say so much thanks for everything that you give to me. You’re the only friend that understands me. Thanks so much, Damar. Sorry I can’t give something special for you.”
“No problem. I always stay in Indonesia until you back. Just don’t be too proud of what you get. Take heart.”
“I will.”
“By the way… I want to tell you something.” Said Damar with a little nervous.
“What is that?” Asked Diana curiously.
“Diana, I…..” Suddenly, Damar’s words were stopped.
“What’s the matter, Damar?”
“I…..”
Because the plane was going to take off, Mrs. Arifiawan asked Diana to leave Damar.
“Diana, we should take off now. Come on, say goodbye to Damar.”
“I’m sorry Damar, I should go now. Thanks for everything. If you want to tell about something, please send message to me. Goodbye. I’ll be missed you.” Diana and her family then were entering the plane. Damar just could watch them at the outside. The last words for Diana just could be said after Diana had gone.
“I….. Love you… so much.” Damar was so sad about that. He could not be honest about his feeling to Diana, but then he smiled for a while because he realized something.
“I and Diana are same. Unmentionable is our choice. But, she is luckier than me. ”
Damar waved to the plane and then left the airport.
0 komentar:
Posting Komentar